MAKALAH
OBSERVASI

DISUSUN OLEH
1.KUOMARIA 11.21.13467
2.STEPHI NADIA
11.21.13472
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
KUALA KAPUAS
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami
masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan kepada dosen
pembimbing dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini.Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
sebab itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.
Amin...
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. ii
A.
Latar Belakang
Observasi............................................................................................. 1
B.
Definisi Observasi........................................................................................................ 3
C.
Tujuan Observasi........................................................................................................... 5
D.
Manfaat Observasi........................................................................................................ 6
E.
Jenis Observasi............................................................................................................. 7
F.
Contoh Observasi.......................................................................................................... 10
G.
Analisa Observasi.......................................................................................................... 14
H.
Kelemahan dan
Kelebihan Observasi............................................................................ 16
I.
Kesimpulan................................................................................................................... 18
Daftar Pustaka .................................................................................................................... 20
A.
LATAR BELAKANG OBSERVASI
Metode observasi dan wawancara
merupakan metode assesment yang tertua dalam psikologi. Sebagai contoh, lama
sebelum assesment dengan menggunakan alat-alat tes dikenal, pemerintah Cina
pada abad pertengahan telah menggunakan ujian lisan dalam mengevaluasi pegawai
pemerintahannya. Metode observasi telah digunakan untuk mengobservasi perilaku
verbal maupun non - verbal para pegawai tersebut. Begitu pula halnya dengan
ujian masuk perguruan tinggi seperti Oxford University (Aiken, 1996).
Wilhem
Wundt, yang dikenal sebagai bapak psikologi eksperimen memanfaatkan metode
observasi dalam penelitian-penelitian yang dilakukannya. Beliau mendirikan
laboratorium psikologi pada tahun 1879 di Leipzig, Jerman. Bagi Wundt, subject
matter dari psikologi adalah pengalaman. Wundt berupaya mencari struktur
pengalaman yang disadari. Pengalaman yang disadari tersebut hanya dapat
diobservasi oleh individu yang mengalaminya. Oleh karena itu, Wundt menggunakan
metode self-observation atau introspeksi. Melalui introspeksi individu
melihat ke dalam untuk menguji pengalaman dirinya seperti sensasi, persepsi,
kesan, dan perasaan, kemudian melaporkan pengalaman tersebut. Selain itu, Wundt
juga melakukan eksperimen berkaitan dengan waktu reaksi dan rentang perhatian
(Wood & Wood, 1996 : 22).
Dalam psikologi, metode observasi
paling banyak digunakan dalam mengkaji perkembangan dan pendidikan anak.
Observasi langsung merupakan bagian penting dari proses penemuan, dalam
pengajaran maupun penelitian. Alasan-alasan yang melandasi pentingnya observasi
dalam penelitian dan pengajaran, antara lain:
Pertama, observasi
merupakan sarana untuk menggeneralisasi hipotesis atau ide (Irwin &
Bushnell,1984). Melalui observasi terhadap anak yang sedang bermain bebas di
area bermain (play ground), kita dapat mengetahui aktivitas-aktivitas
apa yang menarik bagi anak dan bagaimana anak menikmati aktivitas yang
dilakukannya. Pemahaman yang diperoleh dari observasi tersebut dapat dijadikan
landasan untuk merancang aktivitas yang akan dilakukan dalam proses
pembelajaran di sekolah. Dengan demikian kita dapat merancang proses
pembelajaran yang menyenangkan bagi anak dengan melakukan generalisasi
pengetahuan yang diperoleh dari observasi. Harapannya dengan cara tersebut anak
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan optimal.
Kedua, observasi
dapat digunakan sebagai sarana untuk menjawab suatu pertanyaan khusus/spesifik
(Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh, bila seorang peneliti ingin
mengetahui bagaimana respon pramusaji terhadap pengunjung restoran yang
memberikan tips dan yang tidak memberikan tips, maka peneliti dapat merancang
situasi yang dikehendaki dalam sebuah eksperimen. Metode observasi digunakan
untuk mengamati perbedaan perilaku pramusaji dalam situasi tersebut. Contoh
yang lain adalah penelitian yang dilakukan Mary Ainsworth tentang deprivasi
maternal pada bayi dan penyesuaian anak selanjutnya. Ia menempatkan anak yang
mengalami deprivasi maternal berupa perhatian dan afeksi sebagai bayi dan
mengobservasi dengan cermat faktor-faktor seperti usia anak ketika mengalami
pemisahan, lama pemisahan, dan alternatif perawatan yang diperlukan (Irwin
& Bushnell,1984).
Ketiga, observasi
dapat memberikan gambaran yang lebih realistik tentang suatu peristiwa atau
perilaku, dibandingkan metode pengumpulan informasi lainnya (Irwin &
Bushnell,1984). Seperti diungkapkan Goodwin & Driscoll (Bentzen, 1992),
melalui observasi dimungkinkan untuk mengukur perilaku anak yang tidak dapat
diukur dengan alat lain, misalnya pada anak yang memiliki kemampuan bahasa
terbatas dan mengalami kesulitan untuk mengerjakan paper and pencil test
. Keuntungan lain dari penggunaan metode observasi pada anak adalah anak tidak
merasa cemas atau terancam seperti halnya yang terjadi pada anak yang lebih
besar atau orang dewasa meskipun ia tahu dirinya sedang diobservasi. Bila orang
dewasa tahu dirinya diobservasi, ia akan cenderung mengubah perilaku dan tidak berperilaku
seperti biasanya, namun hal ini tidak terjadi pada anak-anak. Mereka tetap
berperilaku sewajarnya dan tidak merasa terganggu dengan proses observasi yang
dilakukan.
Keempat, melalui
observasi dimungkinkan bagi peneliti atau praktisi untuk memahami perilaku anak
dengan lebih baik (Irwin & Bushnell,1984). Sebagai contoh, bila seorang
guru ingin mengetahui pemahaman anak TK tentang konsep angka. Seorang anak TK
mugkin dapat melafalkan urutan angka dari satu sampai sepuluh. Akan tetapi,
apakah anak benar-benar memahami konsep angka, dapat dilakukan dengan meminta
anak untuk mengambil balok dalam jumlah tertentu. Selain itu guru juga bisa
mendapatkan insight
tentang perasaan dan tindakan anak ketika melakukan tugas yang diberikan.
tentang perasaan dan tindakan anak ketika melakukan tugas yang diberikan.
Kelima, observasi
dapat menjadi sarana dalam melakukan evaluasi, misalnya mengevaluasi kinerja
guru di kelas, mengetahui respon siswa terhadap metode pembelajaran yang
berbeda, mendeteksi perkembangan perilaku motorik pada bayi, mengetahui situasi
yang menyebabkan anak berperilaku agresif dan sebagainya.
(Astrini Tyas, 2013, http://astrintyas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html,
di akses Jum’at, 07 Juni 2013)
B.
DEFINISI OBSERVASI
Observasi merupakan
suatu penelitian yang dijalankan secara sistematis dan disengaja diadakan
dengan menggunakan alat indra (terutama mata) atas kejadian – kejadian yang
langsung dapat ditangkap pada waktu kejadian berlangsung. (Bimbingan &
Konseling, Studi & Karir oleh Prof. Dr. Bimo Walgito, 2010 : 61)
Observasi adalah
pengujian dengan maksud atau tujuan tertentu mengenai sesuatu, khususnya dengan
tujuan untuk mengumpulkan fakta, satu skor atau nilai, satu verbalisasi atau
pengungkapan dengan kata – kata segala sesuatu yang telah diamati. ( Kamus
Psikologi J.P. Chaplin oleh Drs. Kartini Kartono, 2011 : 335 – 336)
Observasi yaitu
pengamatan yang dilakukan secara partisipan dan non – partisipan. Metode partisipan
mengharuskan peneliti terlibat di dalam kegiatan anak – anak dan remaja.
Sedangkan metode non – partisipan hanya mengamati dari luar, tidak perlu
terlibat. (Psikologi Pendidikan oleh Prof. Dr. Sofyan S. Willis, 2012 : 36)
Observasi
merupakan pengamatan dan pencatatan terhadap subjek ataupun kejadian yang
dilakukan dengan cara sistematis. ( Nurul Hidayah, 2012, http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_
detail-45721-umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013)
Observasi dalam
kamus besar bahasa Indonesia berarti pengamatan atau peninjauan secara cermat.
Sedangkan para ahli memberikan pemahaman observasi sebagai berikut:
1. Alwasilah
C. (2003:211) menyatakan bahwa, observasi adalah sebuah penelitian atau
pengamatan sistematis dan terencana yang diniati untuk perolehan data yang
dikontrol validitas dan realibitasnya.
2. Nasution
(2003: 56) mengungkapkan bahwa, observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan.
Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
3. Syaodih
N (2006: 220) Mengatakan bahwa, observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
4. Margono
(2005: 158) mengungkapkan bahwa, observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
5. Hadi
S. (Sugiyono, 2005: 166) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang komplek, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan
dan ingatan.
6. Bungin (2007:115) observasi adalah
metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui
pengamatan dan pengindraan. ( Prasetiyo Chem-Is-Try, 2011, http;//novadwwiprasetiyo.blogspot.com/2011/11/pengertian-observasi-penelitian.html,
diakses Jum’at 07 Juni 2013)
C.
TUJUAN OBSERVASI
Pada dasarnya
observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas –
aktivitas yang berlangsung, orang – orang yang terlibat dalam aktivitas, dan
makna kejadian yang dilihat dan perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
diamati tersebut. Deskripsi harus kuat, fakta, sekaligus teliti tanpa harus
dipenuhi berbagai hal yang tidak relevan.
Observasi perlu dilakukan
karena beberapa alasan, yaitu :
v Memungkinkan
untuk mengukur banyaknya perilaku yang tidak dapat diukur dengan menggunakan
alat ukur psikologis yang lain (alat tes). Hal ini banyak terjadi pada anak –
anak.
v Prosedur
testing formal seringkali tidak ditanggapi serius oleh anak – anak sebagaimana
orang dewasa, sehingga sering observasi menjadi metode pengukur utama.
v Observasi
dirasakan lebih mudah daripada cara pengumpulan data yang lain. Pada anak –
anak, observasi menghasilkan informasi yang lebih akurat daripada orang dewasa.
Sebab, orang dewasa akan memperlihatkan perilaku yang dibuat – buat bila merasa
sedang diobsevasi.
Tujuan
observasi bagi seorang psikolog pada dasarnya adalah sebagai berikut :
a. Untuk
keperluan asessment awal dilakukan di luar ruang konseling, misalnya : ruang
tunggu, halaman, kelas, ruang bermain.
b. Sebagai
dasar atau titik awal dari kemajuan klien. Dari beberapa kali pertemuan
psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapi klien.
c. Bagi
anak – anak, untuk mengetahui perkembangan anak – anak pada tahap tertentu.
d. Digunakan
dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter dan lain – lain.
e. Sebagai
informasi status anak atau remaja di sekolah untuk keperluan bimbingan dan
konseling.
(Mas Tarmudi 2010. http:// http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html,
diakses Jumat,07 Juni 2013)
D. MANFAAT
OBSERVASI
1.
Hasil observasi yang dibuat dapat dikomfirmasikan
dengan hasil penelitian
2.
Deskripsi memberikan gambaran dunia nyata
3.
Memungkinkan pembaca memiliki penafsiran sendiri
terhadap temuan dan bagaimana akan diinterpretasikan
4.
Dapat menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan
dapat menguji kuwalitas, memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting
nyatanya
5.
Dapat mencatat gejala yang kadang tidak jelas
berlangsungnya
6.
Mencatat situasi yang tidak dapat direplikasikan dalam
eksperimen
7.
Kronologi peristiwa dapat dicatat dengan berurutan
8.
Peralatan dan teknologi dapat merekam secara permanen
9.
Observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain.
(Nurul Hidayah (2012),
http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45721-umum-observasi.html,
diakses Jum’at, 07 Juni 2013)
E.
JENIS OBSERVASI
Ada beberapa
jenis observasi yang lazim dilakukan oleh konselor atau peneliti, yaitu :
1.
Dilihat dari keterlibatan subyek
terhadap obyek yang sedang diobservasi (observee), observasi bisa dibedakan
menjadi tiga bentuk, yaitu :
a.
Observasi partisipan,
yaitu bila pihak yang melakukan observasi (observer) turut serta atau
berpartisipasi dalam kegiatan yang sedang diobservasi (observee). Observasi
partisipan juga sering digunakan dalam penelitian eksploratif.Observasi
partisipan ini memiliki kelebihan, yaitu observee bisa jadi tidak mengetahui bahwa
mereka sedang diobservasi, sehingga perilaku yang nampak diharapkan wajar atau
tidak dibuat – buat. Disisi lain, observasi partisipan mengandung kelemahan,
terutama berkaitan dengan kecermatan dalam melakukan pengamatan dan pencatatan,
sebab ketika observer terlibat langsung dalam aktifitas yang sedang dilakukan
observee, sangat mungkin observer tidak bisa melakukan pengamatan dan pencatatan
secara detail.
b.
Observasi non – partisipan,
yaitu bila observer tidak secara langsung atau tidak berpartisipasi dalam
aktifitas yang sedang dilakukan oleh observee.Observasi non – partisipan ini
memiliki kelebihan, yaitu observer bisa melakukan pengamatan dan pencatatan
secara detail dan cermat terhadap segala aktivitas yang dilakukan observee.
Disisi lain, bentuk ini juga memiliki kelemahan yaitu bila observee mengetahui
bahwa mereka sedang diobeservasi, maka perilakunya biasanya buat – buat atau
tidak wajar. Akibatnya, observer tidak mendapatkan data yang asli.
c.
Observasi kuasi – partisipan, yaitu
bila observer terlibat pada sebagian kegiatan yang sedang dilakukan oleh
observee, sementara pada sebagian kegiatan lain observer tidak melibatkan diri.
Bentuk ini merupakan jalan tengah untuk mengatasi kelemahan kedua bentuk
observasi di atas, dan sekaligus memanfaatkan kelebihan dari kedua bentuk
tersebut.
2.
Dilihat dari segi situasi lingkungan
dimana subjek diobservasi, Gall dkk (2003 : 254) membedakan observasi menjadi
dua, yaitu :
a.
Observasi naturalistik,
jika observasi dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya. Contoh :
melihat pertandingan sepak bola, guru mengamati murid ketika sedang bermain di
halaman sekolah, seorang peneliti mengamati perilaku binatang di hutan atau
kebun binatang.
b.
Observasi eksperimental,
jika observasi itu dilakukan terhadap subjek dalam suasana eksperimen atau
kondisi yang diciptakan. Contoh : para ilmuwan mengamati perubahan hewan
percobaannya yang diberi vaksin dengan hewan yang tidak diberi vaksin.
3.
Khususnya bentuk observasi sistematis,
Blocher (1987) mengelompokan ke dalam tiga bentuk dasar observasi, yaitu :
a.
Observasi naturalistik, yaitu
ketika sesorang ingin mengobservasi subjek (observee) dalam kondisi alami atau
natural.
b.
Metode survai, yaitu
ketika seseorang mensurvai (mengobservasi) contoh – contoh tertentu dari
perilaku individu yang ingin kita nilai.
c.
Eksperimentasi, yaitu
ketika sesorang tidak hanya mengobservasi tetapi memaksakan kondisi – kondisi
spesifik terhadap subjek yang diobservasi.
4.
Berdasarkan pada tujuan dan lapangannya,
Hanna Djumhana (1983 : 205) mengelompokkan observasi menjadi, yaitu :
a.
Finding observasi, yaitu
kegiatan observasi untuk tujuan penjajagan. Dalam melakukan observasi ini
observer belum mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi, ia hanya
mengetahui bahwa ia akan mengahadapi suatu situasi saja. Selama berhadapan
dengan situasi itu, ia bersikap menjajagi saja, kemudian ia mengamati berbagai
variabel yang mungkin dapat dijadikan bahan untuk menyusun observasi yang lebih
terarah.
b.
Direct observation,
yaitu observasi yang menggunakan “daftar isi” sebagai pedomannya. Daftar ini
bisa berupa checklist kategori
tingkah laku yang diobservasi. Pada umumnya pembuatan daftar isian ini
didasarkan pada data yang diperoleh dari finding
observation dan atau penjabaran dari konsep dalam teori yang dipandang
sudah mapan.
5.
Berdasarkan pada tingkat kesempurnaannya
dan pelatihan yang disyaratkan, Gibson & Mitchell (1995 : 261),
mengklasifikasikan observasi sebagai berikut :
a.
Level
pertama, observasi
informasi kasual (casual information observation ). Observasi jenis ini
banyak dilakukan dalam kehidupan sehari – hari dengan tidak terstruktur, dan
biasanya observasi – observasi yang tidak terencana yang memberikan kesan –
kesan kasual yang terjadi sehari –hari oleh orang – orang di dekat kita. Tidak
ada pelatihan atau instrumentasi yang diharapkan atau disyaratkan.
b.
Level
kedua, observasi
terstruktur (guided observation). Terencana, diarahkan
pada sebuah maksud atau tujuan. Observasi pada tingkat ini biasanya difasilitasi
oleh instrumen yang sederhana seperti cheklist
dan skala penilaian. Beberapa
training juga diperlukan.
c.
Level
ketiga, level
klinis. Observasi, selalu diperpanjang, dan sering dengan
kondisi – kondisi yang terkontrol. Teknik – teknik dan instrumen – instrumen
yang digunakan direncanakan dengan baik, dan digunakan melalui pelatihan secara
khusus, biasanya diberikan pada level doktoral. (Pemahaman Individu oleh Drs.
Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 86 – 91)
F. CONTOH OBSERVASI
1. Langkah-Langkah Menyusun Lembar Observasi Penelitian
Lembar observasi penelitian tentang
aktivitas belajar siswa ini dibuat dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menentukan
tujuan pembuatan lembar observasi, yaitu untuk merekam data berapa banyak siswa
di suatu kelas aktif belajar, dan bagaimana kualitas aktivitas belajar
siswa-siswa tersebut.
- Mengumpulkan
referensi tentang karakteristik atau ciri-ciri siswa yang sedang aktif belajar
(jika anda telah menulis proposal penelitian, maka tentunya dengan mudah dapat
dicuplik dari kajian teori atau kajian pustaka proposal penelitian anda).
- Menyusun
poin-poin kunci tentang karakteristik atau ciri-ciri siswa yang sedang aktif
belajar. Misalnya, setelah diekstraksi, kajian pustaka atau kajian teori
tentang aktivitas belajar siswa didapatkanlah karakteristik atau ciri-ciri
siswa yang aktif belajar.
- Menentukan
desain atau layout lembar observasi penelitian yang diinginkan, seperti daftar
ceklis, skala rating (skala penilaian), daftar pertanyaan terbuka, laporan
observasi (observation report).
- Merumuskan elemen-elemen lembar observasi
penelitian, dalam hal ini judul, identitas, tujuan, petunjuk penggunaan
(petunjuk pengisian), butir-butir pernyataan atau pertanyaan terkait
karakteristik atau ciri-ciri siswa yang aktif belajar (ini merupakan bagian
utama dari lembar observasi dan harus mengacu pada tujuan pembuatan lembar
observasi yang identik dengan tujuan penelitian yang sedang dilakukan).
- Menulis
draft lembar observasi penelitian.
- Meminta bantuan rekan seprofesi atau ahli
misalnya widyaiswara atau dosen untuk mengecek validitas instrumen (lembar
observasi).
- Merevisi
lembar observasi bila diperlukan
2.
Contoh lembar observasi aktivitas belajar siswa
Maka setelah melewati langkah-langkah
tersebut di atas, maka kita telah menyusun sebuah lembar observasi penelitian,
yang bentuk akhirnya berupa skala rating seperti berikut ini:
LEMBAR OBSERVASI
KEAKTIFAN
SISWA DALAM BELAJAR
Sekolah / Kelas : _________________
Hari / Tanggal : _________________
Nama Guru : _________________
Nama Observer : _________________
Tujuan :
- Merekam data berapa banyak siswa di suatu kelas aktif belajar
- Merekam data kualitas aktivitas belajar siswa
Petunjuk :
- Observer harus berada pada posisi yang tidak mengganggu pembelajaran tetapi tetap dapat memantau setiap kegiatan yang dilakukan siswa.
- Observer memberikan skor sesuai dengan petunjuk berikut:
- Banyak siswa : 0 sampai > 20% ; 2 bila 20% sampai > 40% ; 3 bila 40% sampai > 60% skor 4 bila 60% sampai 80% ; skor 5 bila 80% sampai 100% aktif.
- Kualitas : 1 = sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik; 5 = baik sekali
No.
|
Aktivitas
Belajar Siswa
|
Banyak
Siswa yang Aktif
|
Kualitas
Keaktifan
|
A.
|
Pengetahuan dialami,
dipelajari, dan ditemukan oleh siswa
|
---
|
---
|
1.
|
Melakukan pengamatan
atau penyelidikan
|
---
|
---
|
2.
|
Membaca dengan aktif
(misal denganpen di tangan untuk menggarisbawahi atau membuat catatan kecil
atau tanda-tanda tertentu pada teks)
|
---
|
---
|
3.
|
Mendengarkan dengan
aktif (menunjukkan respon, misal tersenyum atau tertawa saat mendengar
hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu yang
menakjubkan, dsb)
|
---
|
---
|
B.
|
Siswa melakukan
sesuatu untuk memahami materi pelajaran (membangun pemahaman)
|
---
|
---
|
1.
|
Berlatih (misalnya
mencobakan sendiri konsep-konsep misal berlatih dengan soal-soal)
|
---
|
---
|
2.
|
Berpikir kreatif
(misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang mempunyai
variasi berbeda dengan contoh yang diberikan)
|
---
|
---
|
3.
|
Berpikir kritis
(misalnya mampu menemukan kejanggalan, kelemahan atau kesalahan yang
dilakukan orang lain dalam menyelesaikan soal atau tugas)
|
---
|
---
|
C.
|
Siswa
mengkomunikasikan sendiri hasil pemikirannya
|
---
|
---
|
1.
|
Mengemukakan pendapat
|
---
|
---
|
2.
|
Menjelaskan
|
---
|
---
|
3.
|
Berdiskusi
|
---
|
---
|
4.
|
Mempresentasi laporan
|
---
|
---
|
5.
|
Memajang hasil karya
|
---
|
---
|
D.
|
Siswa berpikir
reflektif
|
---
|
---
|
1.
|
Mengomentari dan
menyimpulkan proses pembelajaran
|
---
|
---
|
2.
|
Memperbaiki kesalahan
atau kekurangan dalam proses pembelajaran
|
---
|
---
|
3.
|
Menyimpulkan materi
pembelajaran dengan kata-katanya sendiri
|
---
|
---
|
Amuntai,
......................................
(Observer)
(Muhammad
Faiq (2013),http://penelitiantindakan
kelas.blogspot.com/2013/02/llembar-observasi-aktivitas-siswa.html, diakses
Jum’at, 07 Juni 2013)
G.
ANALISA OBSERVASI
Gibson (1995 :
263) menyarankan agar dalam melakukan analisis selama atau setelah observasi
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1.
Mengamati
satu klien dalam satu waktu. Observasi untuk
analisis individu sebaiknya difokuskan pada individu tersebut. Utamanya
terhadap perilaku klien secara detail yang mungkin berguna dalam konseling.
2.
Ada
kriteria spesifik untuk melakukan
observasi. Konselor hendaknya selalu ingat bahwa observasi yang dilakukan
adalah untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh sebab itu, ketika melakukan
analisis hendaknya difokuskan pada hal – hal yang berkaitan dengan tujuan
observasi.
3.
Observasi
seharusnya dilakukan tanpa batas waktu. Utamanya dalam dunia
pendidikan, observasi dalam rangka konseling sebaiknya tidak hanya dibatasi pada
waktu tertentu saja, tetapi dilakukan secara berkesinambungan ini sekurang –
kurangnya memiliki dua manfaat, yaitu untuk validasi dan evaluasi.
4.
Konseli
seharusnya diamati dalam situasi yang natural dan berbeda.
Perilaku natural kebanyakan terjadi dalam situasi yang juga natural. Meskipun
situasi naturalitu beragam antara satu orang dengan yang lain, tetapi ada
situasi umum yang kurang lebih sama,
misalnya : ketika di sekolah, di rumah, ketika berhubungan dengan teman, dengan
guru, dengan karyawan, dan dengan orang dewasa lainnya. Sebab bisa jadi
seseorang ketika di tengah – tengah keluarga menunjukkan perilaku sopan, tetapi
ketika berhubungan dengan orang – orang di luar rumah terjadi sebaliknya.
Mengamati perilaku dalam situasi yang berbeda itu sangat membantu dalam
penyimpulan apakah karakteristik tingkah laku tersebut konsisten atau tidak.
5.
Mengamati
klien dalam konteks semua situasi atau situasi total.
Dalam melakukan observasi terhadap tingkah laku manusia, sangatlah penting
menghindari pendekatan “tunnel vision”, dimana kita hanya bermaksud mengamati
klien secara visual atau sebatas yang tampak mata, tetapi observasi sebaiknya
dilakukan dengan melihat faktor – faktor yang mendorong munculnya tingkah laku
tersebut, sehingga kita bisa memberi makna yang lebih tepat terhadap tingkah
laku yang kita amati.
6.
Data
dari observasi seharusnya digabungkan dengan data yang lain.
Dalam analisis individu sangatlah penting untuk menggabungkan semua yang
diketahui tentang konseli. Hal ini karena untuk melihat konseli sebagai seorang
manusia yang utuh, semua kesan yang didapatkan dari observasi harus dipadukan
dengan semua informasi yang mungkin didapatkan. Teknik studi kasus yang
diguanakan oleh sebagian besar bantuan profesional memberikan ilustrasi
terhadap integrasi dan hubungan antar data sebelum dilakukan interpretasi.
7.
Observasi
seharusnya dilakukan dalam kondisi yang menyenangkan. Dalam
melakukan observasi sangat diharapkan observer berada pada posisi yang cukup
jelas untuk melihat apa yang ingin dilaporkan. Idealnya, observer mampu
melakukan observasi dalam waktu yang cukup tanpa halangan dan gangguan, serta
kondisi yang menyenangkan untuk melakukan observasi. Observer seharusnya juga
siap terhadap kemungkinan lain yang mungkin terjadi ketika seseorang diamati
memodifikasi perilakunya karena dia sadar bahwa dirinya sedang diamati.
(Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 124 -126)
H.
KELEMAHAN DAN KELEBIHAN OBSERVASI
1.
Kelemahan
Gibson
& Mitchell (1995 : 263), Mc. Millan & Schumacher (2001 : 276)
menunjukan beberapa kelemahan observasi sebagai berikut :
a.
Kemampuan manusia untuk menyimpan secara
akurat terhadap kesan yang diperoleh dari hasil pengamatan sangat terbatas,
baik dalam hal jumlah maupun lamanya kesan (informasi) itu bisa disimpan.
Akibatnya ada sesuatu yang mungkin hilang atau tidak lengkap. Gibson &
Mitchell (1995 : 23) mencatat bahwa tidak banyak orang yang mampu menyimpan
kesan yang amat luas dan detail. Oleh sebab itu, para observer perlu alat bantu
observasi. Seorang peneliti yang melakukan observasi terhadap sejumlah siswa
dalam satu kelas tentu akan mengalami kesulitan jika harus menyimpan informasi
berapa anak yang ada dalam kelas itu, berapa jumlah anak laki – laki dan berapa
pula jumlah perempuan, siapa duduk dekat siapa, dan bajunya berwarna apa.
Apalagi jika informasi itu harus disimpan dalam waktu lama.
b.
Cara pandang individu terhadap obyek
yang sama juga belum tentu sama, sebab setiap oran memiliki frame yang unik
yang mungkin berbeda dengan yang lain. Akibatnya, kesan yang diperoleh juga
tidak sama dan penilaiannya pun tidak sama. Gibson & Mitchell (1995 : 263)
menunjukan bahwa hasil pengamatan sangat dipengaruhi oleh daya adaptasi,
kebiasaan, keinginan, prasangka, dan proyeksi.
c.
Kesan seseorang terhadap suatu obyek
juga tidak selalu sama. Akibatnya penafsiran dan penilaian yang diberikan
terhadap obyek yang sama menjadi tidak sama. Seseorang yang memegang teguh
norma sosial , ketika melihat seorang remaja rambutnya disemir dengan warna –
warni plus mengenakan anting, mungkin kita
akan punya kesan remaja itu nakal. Tetapi bagi observer lain yang mudah
menerima nilai – nilai baru akan mempunyai kesan berbeda, mungkin tampilan
remaja tersebut dipandang sesuai perkembangan zaman, bahkan ia menilai positif.
d.
Ada kecenderungan pada manusia dalam
menilai sesuatu menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah mendasrkan pada
sifat yang menonjol. Seorang observer dalam memberikan penilaian terhadap seorang
siswa kadang masih terpengaruh ia “anak siapa”, atau memberi penilaian dengan
pertimbangan sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan aspek yang sedang
dinilai. Tidak jarang orang memberikan penilaian terhadap seseorang yang dengan
melihat tampilannya, padahal tampilan kadang tidak menggambarkan realitas yang
sesungguhnya. (Pemahaman Individu oleh Drs. Anwar Sutoyo, M.Pd, 2012 : 91 – 93)
2.
Kelebihan
a.
Dapat meneliti beberapa gejala
b.
Teknik observasi tidak menuntun objek berada dalam
objek-objek tertentu\
c.
Memungkinkan pencatatan secara bersamaan dalam suatu
peristiwa
d.
Tidak bergantung pada self report
e.
Banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh bila
tidak menggunakan metode observasi
(Nurul Hidayah (2012), http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_detail-45721-umum-observasi.html,
diakses Jum’at, 07 Juni 2013)
I.
KESIMPULAN
Kemampuan untuk
melakukan observasi secara benar dan baik sangat diperlukan bagi konselor,
guru, peneliti sosial dan pihak – pihak yang bergerak dalam pelayanan
kemanusiaan. Dengan kemampuan melakukan observasi secara baik, mereka
dimungkinkan untuk memahami individu yang hendak dibimbing, dididik dan
dilayaninya sebaik – sebaiknya, dan pada akhirnya diharapkan bisa memberikan
pelayanan secara tepat.
Observasi
adalah proses pengamatan yang disertai dengan pemusatan perhatian terhadap
suatu obyek dan gejala – gejala yang perlu diamati. Observasi harus dilakukan
secara sistematis dan bertujuan.
Tujuan observasi
bagi seorang psikolog pada dasarnya, yaitu (1) untuk keperluan asessment awal
dilakukan di luar ruang konseling, misalnya : ruang tunggu, halaman, kelas,
ruang bermain, (2) sebagai dasar atau titik awal dari kemajuan klien. Dari
beberapa kali pertemuan psikolog akan mengetahui kemajuan yang dicapi klien,
(3) bagi anak – anak, untuk mengetahui perkembangan anak – anak pada tahap
tertentu, (4) digunakan dalam memberi laporan pada orang tua, guru, dokter dan
lain – lain, (5) sebagai informasi status anak atau remaja di sekolah untuk
keperluan bimbingan dan konseling. Hasil observasi yang dibuat dapat
dikomfirmasikan dengan hasil penelitian.
Manfaat observasi, yaitu (1) deskripsi
memberikan gambaran dunia nyata, (2) memungkinkan pembaca memiliki penafsiran
sendiri terhadap temuan dan bagaimana akan diinterpretasikan, (3) dapat
menjelaskan proses peristiwa berlangsung dan dapat menguji kuwalitas,
memperkirakan mengapa sesuuatu terjadi dalam seting nyatanya, (4) Dapat
mencatat gejala yang kadang tidak jelas berlangsungnya, (5) mencatat situasi
yang tidak dapat direplikasikan dalam eksperimen, (6) kronologi peristiwa dapat
dicatat dengan berurutan, (7) peralatan dan teknologi dapat merekam secara
permanen, (8) observasi dapat dikombinaskan dengn metode lain.
Ada
beberap bentuk observasi, (a) dilihat dari keterlibatan observer terhadap
kegiatan yang sedang dilakukan observee, observasi bisa dikelompokkan menjadi observasi
partisipan, observasi non – partisipan, dan observasi kuasi – partisipan, (b)
dilihat dari kondisi lingkungannya diciptakan atau apa adanya, bisa
dikelompokkan menjadi observasi naturalistik dan observasi eksperimen, (c)
dilihat dari tingkat kesempurnaan dan latihan yang diperlukan, bisa
dikelompokkan menjadi tingkat pertama, observasi informasi kausal, tingkat
kedua, observasi terstruktur, dan tingkat ketiga, observasi klinis, (d) dilihat
dari tujuan lapangan, observasi dibedakan menjadi finding observation, direct
observational, (e) khususnya observasi sistematis dibedakan menjadi observasi
naturalistik, survey dan eksperimentasi.
Ada
beberapa kelemahan observasi, yaitu (1) berkaitan dengan keterbatasan kemampuan
manusia dalam menyimpan hasil pengamatan, (2) cara pandang individu terhadap
obyek yang sama, belum tentu sama antara individu satu dengan lainnya, (3)
kesan individu terhadap obyek yang sama juga belum tentu sama, akibatnya
penafsiran juga tidak sama, (4) kesan individu terhadap obyek sama juga belum
tentu sama dengan individu lainnya, (5) ada kecenderungan pada manusia dalam
menilai sesuatu hanya berdasarkan ciri – ciri yang menonjol.
Ada beberapa kelebihan
observasi, yaitu (1) dapat meneliti beberapa gejala, (2) teknik observasi
tidak menuntun objek berada dalam objek-objek tertentu, (3) memungkinkan
pencatatan secara bersamaan dalam suatu peristiwa, (4) tidak bergantung pada
self report, (5) banyak kejadian penting yang tidak dapat diperoleh bila tidak
menggunakan metode observasi.
DAFTAR PUSTAKA
Astrini
Tyas (2013) http;//astinityas14.blogspot.com/2013/03/observasi.html, di akses Jum’at,
07 Juni 2013
Kartono,
Kartini. 2011. Kamus Lengkap Psikologi J.P. Chaplin. Jakarta : Rajawali Pers. Mas
Tarmudi (2010) http://
http://mastarmudi.blogspot.com/2010/07/pengertian-observasi.html, diakses
Jumat,07 Juni 2013
Muhammad
Faiq (2013) http://penelitiantindakan kelas.blogspot.com/2013/02/llembar-observasi-aktivitas-siswa.html,
diakses Jum’at, 07 Juni 2013
Nurul
Hidayah (2012) http://nurul-h--fpsi10.web.unair.ac.id/artikel_
detail-45721-umum-observasi.html, diakses Jum’at, 07 Juni 2013
Prasetiyo Chem-Is-Try (2011)
http;//novadwiprasetiyo.blogspot.com/2011/11/pengertian-observasi-penelitian.html,
diakses Jum’at 07 Juni 2013
Walgito, Bimo. 2010.
Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karier). Yogyakarta : Penerbit Andi.
Willis,
Sofyan. 2012. Psikologi Pendidikan. Bandung : Penerbit Alfabeta
makasih ya,,
BalasHapusartikelnya bagus good job
BalasHapusNice
BalasHapusizin
BalasHapus